Wednesday, 22 June 2011

My Friend is Already Married Twice, with a fruit and the sun

jadi sore hari ini tadi saya ketemu lagi dengan si R, the ladykiller.
kami terlibat pembicaraan singkat dan penuh guyonan satir.
Me: "sup dude, what are you doing here?"
R: "sup man, oh I',m waiting for my ex-girlfriend"
Me: "still on the mission with different girl huh?"
R: "of course! hahahaha, btw you're having a girlfriend yet?"
Me: "nope, I'm single"
R: "come on man, you should have one"
Me: "why shouldn't I?"

and yeah, kalo dipikir saya udah setahun lebih nggak terlibat dalam hubungan yang serius, dunno why, I just don't want to fool around with some random girls. Ok not random girls, maybe here and there, but nothing serious.

Di lain cerita, tadi siang saya berbincang dengan teman saya cewek Nepal, sebut saja si S.
Saya baru tahu kalau dia sudah menikah 2 kali. Yes, 2 kali.
suami pertamanya adalah buah, suami keduanya adalah matahari.
bingung?

ternyata di Nepal ada tradisi yang menyatakan bahwa wanita harus menikah 3 kali.
Pertama, dia harus menikah dengan buah. Buah itu harus dibawa kemana2 sebagai lucky charm, tapi temen saya ini udah kehilangan suami pertamanya, nggelinding ga tau kemana. Dia sih nggak sedih, tapi ibu sama neneknya sedih banget, mereka percaya kalau buah tersebut ilang maka kamu akan mendapat setahun nasib buruk. Well, dia bilang sih nyatanya ga ada apa2 tuh. Oh iya, salah satu ritual yang harus dilakukan saat dia menikah dengan buah adalah dia harus memakai baju sari dan manjat pohon.

Kedua, dia harus menikah dengan matahari. Ritual yang harus dia lakukan adalah selama 14 hari dia harus diam di dalam kamar yg gelap, samasekali nggak boleh lihat matahari, ga boleh mengkonsumsi gula, dan ga boleh ketemu pria lain. Di hari yang ke 15 dia baru boleh keluar kamar, melihat matahari, dan mencumbunya seperti kekasih.

Ketiga, menikah dengan manusia. Buat menikah yang ketiga ini dia belom sih, cuma dia bilang 1 hal yang bikin saya ngakak, "both of my first and second husband are not a good kisser"

Friday, 17 June 2011

I Am My Own Antimatter

ANTIMATTER (noun)
The noun ANTIMATTER has 1 sense:

1. matter consisting of elementary particles that are the antiparticles of those making up normal matter

Familiarity information: ANTIMATTER used as a noun is very rare


so here's the fact,
as I grow up I realized that I already become someone who I doesn't want to be when I was still a kid

I used to hate people who involved in business things. I think they are capitalist that make the rich grow richer and the poor grow poorer, I used to think that people who works behind the desk is super boring, I hate when life's happiness is measured by the amount of money that people have. I see many people with lots of money grow evil, they are such a douchebag, their attitude make me hate their lifestyle. I've been bullied, make enemies, and confront those who think money are everything. The one that think money can buy everything, they are people who I hate the most,
And what do I study now? yes, I study business.

I used to hate people who wear and collect uncommon sneakers. Come on, sneakers are made to walk and all sneakers have a same caste. When you stepped on a shit, then no matter how expensive your sneaker is, it is still a sneaker that stepped on a shit.
And what is the thing I interested to do now? yes, I collect sneakers.

I used to hate smokers. Seeing people near me smoking is make me angry for some reasons that I don't know. I just know that smoking is bad. I grow up with people around me smoking, most of my uncle are smokers, I even make a deal with my father when I was a kid, every time he smokes cigarettes, I got 500 rupiah (it's back in 90's something, 500 rupiah is kinda a lot for a kid). My father stop smoking now, my mom hate smokers, I do hate them, used to.
And what do I do now? I smoke. I won't give any sensible reasoning for this, I respect everyone has a free choice, most of all I still know smoking is bad and I will, later, stop smoking, it is a must.

I used to hate someone. He used a typical accent when he say this particular word, "okaaaay".
and shit, I don't know why sometimes I used that same accent as him when I say "okaaay". I hate myself of saying that, and yes, I still hate that man. No pun inserted.

those are just a few cases that I experienced, I still have many things on my list but hell, I will save it for myself.

the point is, I know I become someone that my past self will hate of, but life goes on, people come and go, life is not just a set of plain motion that you plan and will succeed.
My first job that I dream is to become an astronaut, but as time goes by, I realized I'm bad at math, physics, and all of things that I must master to become an astronaut. I also dream to be a chef, I have a big passion in food, I love to eat good food, and serving a good food to people that I love make me happy, but here's the fact again, yes I love to cook, but I cook only for myself to eat, some people say my cook is good, other say it is just a pile of manure, I like it but it's just not fit to the things that I can be dependable on in the future.
And here's the reality, now I study business, dunno, maybe I'm good at it and I start to love it since 4 years ago. Even though I'm living a life that my past self will hate, my background tell me how can you make yourself better than all of those people you hate in the past. I want to be the only one my past self will proud of in a million of other people who take the same choice as me and still doing things that my past self hate. That is satisfaction, reality slaps me but I slap it back.

We will not forever live in a past dream, having a target is good, it will keep you trying until you get what you want, it is like a burning fuel to fulfill your ambition. But please know that target is made as a motivation, not as a boomerang that will destroy your own self. You know yourself, what is good and what is bad, make the privilege of free will to make yourself stronger.
I do have many ambitions and desires, I want to make my parents proud, I want to make world a better place to live, I want to see the smile of the one that I love everyday, and many other things. But there is one more thing that I set as a target and I hope I can fulfill it before I die: "I want to see what earth looks like from the moon"

Monday, 13 June 2011

Diperkosa Jaman

"Carpe diem" adalah salah satu contoh idiom yang diperkosa jaman.

Sadarkah kamu bahwa masyarakat kita tempo ini lebih menyukai sesuatu yang singkat, yang gampang, instan dan mudah dicerna?
"Carpe diem" yang artinya "Seize the day" diperkosa dari hakikat asalnya, direnggut maknanya sesuai nafsu masyarakat. Ga banyak yang tahu bahwa kalimat komplit dari "Carpe diem" adalah "Carpe diem, quam minimum credula postero" yang apabila diterjemahkan ke bahasa inggris adalah "Seize the day, trusting as little as possible in the future".
Menurut saya, inti penting dari kalimat "carpe diem" adalah kalimat yang ada di belakangnya. Sayang naluri hewani masyarakat ga suka dengan makna "trusting as little as possible in the future". Kalimat itu terlalu terkesan hedonis, pesimistis, terlalu panjang, dan ga keren untuk dijadikan sebuah idiom. Seperti yang saya bilang sebelumnya, sesuatu yang terlalu rumit, nggak mudah untuk dicerna, atau bertentangan dengan norma yang ada akan diperkosa secara brutal oleh jaman.

Pembunuhan huruf vokal juga adalah tanda pemerkosaan jaman. Dengan era digital, SMS, Twitter, dan social media informal yang memiliki keterbatasan karakter dalam penyajian lainnya, banyak orang suka menyingkat kata dengan membunuh huruf vokal.
contoh kata:
"dengan" disingkat jadi "dgn". Padahal "dgn" bisa juga dibaca "degan": es kelapa muda, bisa juga dibaca "dogon": salah satu suku pedalaman Mali.
penafsiran kata tersebut probabilitasnya infinity, namun entah kenapa mayoritas masyarakat kita sudah biasa dan mengerti akan maksud dari kata yg disingkat tsb.
Ya, barusan saya nulis "tsb" di kalimat diatas, tapi kalian semua ngerti kan kalau apa yang mau saya tulis adalah "tersebut"?

korban pemerkosaan jaman yang lain adalah bagaimana cara kita mengucapkan terima kasih apabila sesuatu yg harusnya kita terima itu belom terjadi.
kebanyakan dari kita selalu bilang, "thanks before"
enak, gampang, semua pernah bilang, dan kesannya oke kan?
padahal kalimat yang benar adalah, "thanks in advance"

suka atau tidak, sadar ataupun tidak, kita sebagai bagian dari masyarakat perlahan mengikuti proses pemerkosaan jaman, orgy massal secara terselubung, kita diam, namun ikut menikmatinya.

Sunday, 12 June 2011

Between Alcohol and Cigarettes You'll Find Your Zen

jika kamu disuruh memilih untuk bertanya kepada 2 jenis orang, mana yang akan kamu pilih?
1) Orang yang lagi menikmati bergelas-gelas bir, dan perbincangan terjadi ditengah kepulan asap rokok.
2) Orang yang sedang minum jus, dan pembicaraan terjadi di bangku taman di siang hari yang cerah.

saya memilih pilihan pertama.
yes we all know alcohol and cigarettes are bad. Oh you don't know about it? good, you're exactly the right person I will look if I really need to ask an honest answer.
disaat alkohol dan nikotin berselancar di dalam darahmu, maka kamu akan kembali menjadi sesosok primal being, yang artinya kamu ga punya indikasi untuk berpikir jauh, cenderung sembrono, namun kamu akan jujur akan apa yang sedang kamu rasakan, good or bad you're just being honest.
Bandingkan dengan orang yang sedang dalam kondisi prima, dia akan menjadi lebih tajam, lebih akurat, namun punya indikasi untuk menutupi kejujuran, apa yang dia katakan punya probabilitas untuk apa yang menghasilkan output terbaik bagi dirinya.
true story.

sedikit melenceng dari pembicaraan, kamu tau kenapa Hitler begitu berpengaruh dan punya karisma yang besar? salah satu teknik andalannya adalah: dia selalu pidato di sore hari. Kenapa sore hari? karena sore hari disaat kondisi fisik sedang turun, orang akan lebih mudah untuk dimanipulasi, ditanamkan doktrin, dan keterbatasan fisik akan membuat proses refusal tertunda atau dimatikan samasekali. He is a brilliant man, too bad he choose a wrong way, or at least what other people think "it" is a wrong way.

cerita diatas menunjukkan bahwa dibalik kelemahan seseorang terdapat sebuah kejujuran. Orang cenderung pasif, namun dia tidak akan berpikir repot untuk berpura-pura menjadi apa yang bukan dirinya. Come on, we are all just human, we all have our own darkside inside us, the more you oppress it, like a timebomb it will explode in one or other way, the problem is how can you make this timebomb explode without give any harm to yourself and other people, especially the one that you love.

and do you know why I write this whole thing? currently (3.40 AM here), I'm shotting myself a Jaggerbomb. It is bad kids, don't do it. But in other way, it give me a sudden passion to write and share this kind of blabbering random thing. I'm just being honest, currently I am, I got so many things running in my head. Probabilities of what-if theory that maybe not real, many alternatives of expectation, how if I failed it, or will I find happiness if that scenario works. And in the end I realized that I just want to be my own self, if you can't be honest to even yourself, how can you even honest to other people.

find you own zen, your meditative state, and when you can finally let it flow, accept it, love it, it is who you really are

Melogikakan Ekspektasi

ex·pec·ta·tion (kspk-tshn)
n.
1.
a. The act of expecting.
b. Eager anticipation


if there are many things I learned about life, one of the most important thing is how you should not giving anyone any expectation.

expectation fails me, not only once or twice, a lot.
When you have a high expectation, once it fails you, it will slap you real hurt. In other hand, if you have no expectation of something and things turned out to be good, you will feel a great happiness out of nowhere. Even a simple good thing can make you in the state of "smiling like a stupid person" because you have no expectation of it.

care of other people as you should care for them. You don't need to ask them to return a favor of things that you already did to them, the good one. I'm not talking about debt system, it's not an obligation that they need to return, if they meant it they will show it to you. If don't, you don't need to feel bad about it because you make no expectation of it.

I used to say this to a friend, "you're hurt because of your own expectation of someone, rather than make them to fulfill your expectation it is better to change your own expectation, lower it, or just don't make any of it"
alas, I'm a prisoner of my own device.

learn from me, learn from your friends, I want you people that read this to be happy.


ditulis sambil mendengarkan Morrissey - Irish Blood, English Heart
"Irish blood, English heart, this I'm made of
There is no-one on earth I'm afraid of
And no regime can buy or sell me"

Wednesday, 27 April 2011

Pertanyaan sore hari: are you my friend?

Jadi ceritanya hari ini di kelas statistik ada kejadian yang cukup goblok, temen saya sebut saja si R dan si W hampir mau berantem gede gara2 hal yang sebenernya ga penting: parfum.
si R ini masuk kelas dengan bau parfum yang cukup menyengat, terus si W spontan bercanda, "dude, gile lu bau parfumnya mantep abis, are you hitting someone here?". Si R juga bales dengan bercanda, "iye, gw lagi ngincer lu berdua (ngomong sama gw sama si W)". Oke sampe disini masih asik2 aja, kita bales juga dengan ketawa2 bego. Nah setelah kelas dimulai sekitar setengah jam, si W ini tau2 protes lagi, "anjeeeng R, bau parfum lo, hahaha". Nah disini si R mulai agak males diprotes mulu, "ah bacot lo!". Si W juga bales, "lo orang negara mana sih, sensitif amat!". Situasi mulai agak memanas setelah 2 orang ini saling sahut2an cuma gara2 parfum. Saya yg udah mulai males akhirnya slap some senses back to their mind, "are you guys fucking pussies?? We all men here, calm down, it's just a fucking perfume!". Akhirnya mereka diem dan suasana agak kembali adem.
Diakhir kelas si R ngomong sama gw, "dude, sori yg tadi, bukan maksud gw sensitif gitu, cuma gw ga nganggep si W itu temen gw, okelah lo temen gw ga masalah kalo lo becanda2 gitu. Gw mulai gini juga gara2 dulu gw sering sok2an becanda sama temen Thai, tapi respon mereka malah gini "ngapain lo ngomong kayak gitu, lo kan bukan temen gw" jadi gw mulai bersikap gini sekarang"

nah paragraf diatas ini cuma intro doang benernya, dari pembicaraan dengan si R ini saya jadi memikirkan banyak hal. Emang apa sih yg jadi kriteria seseorang bisa dikategorikan teman atau bukan?

buat saya sih simple, begitu saya mulai berkenalan dengan seseorang, terlibat pembicaraan, maka saya menganggap dia teman. Disini status seseorang yg nobody berubah menjadi teman. Saya pribadi lebih suka menyebut teman disini adalah status ground zero, neutral, dan saya ga mau atau lebih tepatnya ga gitu suka membuat strata di dalam status tersebut.

But aren't we all just human? We love to make caste system even in smallest simplest thing in our life. Dari status "teman" we made many subtypes: sahabat, drink buddy, pray buddy, TTM, fuck buddy, sworn brother, sworn sister, temen makan, temen yg nongol kalo butuh doang, parasit, partner-in-crime, dll. Dan bagai sebuah sistem kasta, status spesial diberikan sesuai tingkat kedekatan kita dengan seseorang, ain't all lover starts as friends? Lalu ga dikit juga teman yang turun kasta menjadi musuh. Oh we are all so simple, humankind.

so, if sometimes later I suddenly love you, are you still my friend?
so, if sometimes later I hurt you and you stop talking to me, are we still friends?
like Ted Mosby said, "so look at we, we are just two people who pretend to be friend just because it would be inconvenience not to"
if sometimes later I change your beer into milk, are we still friends?
if sometimes later I rarely give you some satyrical jokes and give you sweet words and praise instead, are we...still friends?
so if sometimes later I throw you a grenade...err jost joking, who the fuck gonna throw people some grenades, are you a moron?

oh iya, perlu diingat juga bahwa teman itu berbeda dengan keluarga. Meskipun itu sohib kamu yg paling deket, tetep ada batasan yg membedakan dia dengan keluarga. Personally, ini lebih kearah attitude,
bagaimana kamu respect terhadap keluarga, ada value tersendiri yang tak tergantikan oleh siapapun, dan untuk memasukkan seseorang sebagai anggota keluarga itu bukan
hal yang sepele, seperti misal, pipis di semak belukar. #ganyambung #biarin

keterangan gambar disamping: bukti belum ditemukannya KB. Beyond salvation!
ada kejadian beberapa minggu yang lalu ketika saya main FB, secara mendadak ada yg memberi family request kepada saya. Padahal saya serius ga kenal bocah itu. Mana status yg dia requestkan kepada saya adalah: son. Ini masih bocah bisa2nya nganggep gw son, sungguh delusional.

Jadi postingan sore hari ini sih saya cuma pengen bertanya sama pembaca sekalian, apa sih yg mengkategorikan seseorang menjadi teman atau bukan? perlukah strata dalam pertemanan? perlukah kita bersandiwara, wouwoooo...

udah ah saya mau makan sate sama durian monthong dulu, selamat sore!

Tuesday, 19 April 2011

Treasures are Found Just Around The Corner

Another Tuesday, another free day! kenapa bisa begitu? karena semester pendek ini saya masuk kelas cuma 3 hari, maka setiap hari selasa dan kamis saya libur deh, mehehehe.
Hari ini seharian saya dedikasikan buat beres2 kamar, sungguh niat yang mulia, niat yang ga akan jalan kalau misal kamar gue ga diserang semut2 laknat dari neraka! Jadi ceritanya tadi malem gue kelaperan, terus bikin indomi deh. Nah waktu bikin indomie ada yg nyecer beberapa, eeeeh paginya tuh ceceran udah diperkosa aja sama segerombolan semut.

singkat cerita, akhirnya kamar saya sekarang udah layak huni lagi. Selain melakukan genosida terhadap semut, tadi gue juga bersihin rak buku. Handout2 semester kemaren yg udah ga kepake dibuangin, kertas2 ga penting juga dibuangin, dan sembari saya membersihkan rak buku, saya juga menemukan harta karun!
ini dia harta karunnya:

kumpulan buku-buku lama yg gue punya!

ini nostalgik banget! buku-buku ini adalah saksi bisu sejarah yg gue kumpulin semenjak dateng ke Thailand sampe sekarang, ga gitu banyak sih, beberapa ada yg bawa dari indo, beberapa ada yg beli disini, mari kita lihat apa aja bukunya.


Nah ini kumpulan majalah tentang film dan juga musik. Dulu semasa masih kerja jadi penyiar tiap bulan baca Rolling Stone gratis di radio, ditumpukan itu juga ada Trax magazine, tapi kalo soal muatan isi sih jelas lebih menang Rolling Stone. Itu ada juga Ripple sama Across magazine, majalah tentang subculture lupa belinya di mana. Dan beberapa majalah sisanya adalah majalah tentang film. Buat Cinemags gue udah ngikutin majalah ini dari dulu, di jaman internet belom masuk desa majalah ini adalah pemuas dahaga tentang info-info film baru yang bakal nongol. Dibanding dengan majalah2 film selevelnya, majalah ini cukup oke kok.


nah kalo ini adalah kumpulan majalah tentang sneakers. Sebenernya lebih banyak lagi tapi beberapa kemaren gue bawa pulang ke indo. Soal konten sih masih lebih bagus Sneakerfreaker Magazine, tapi kenapa saya doyan koleksi ini? soalnya majalah ini gratis! bisa didapatkan secara cuma-cuma di tempat2 nongkrong semacem True Coffee dan warung2 yang jualan sneakers. Kekurangan dari majalah ini adalah, mereka nulis pake bahasa Thai, ya mana gue mudeng mereka ngomongin apa. Tapi majalah ini lumayan berguna karena mereka ngasih lihat model2 sneaker baru, harganya berapa, dan dimana kamu bisa dapetin sneaker itu di Thailand. If you see this kind of magazine in Thailand, don't hesitate to grab one.


nah kalo yg ini sih kumpulan majalah dan buku random yg gue punya. Itu yg judulnya Snuff belakangan lagi gue baca, salah satu novel bikinannya Chuck Palahniuk, author favorit gue. Ceritanya ada 1 bintang bokep yg mau mecahin rekor dunia dengan ML sama 600 orang, diantara 600 orang itu ada yg mau bunuh doi. Diceritain dari sudut pandang 4 karakter, satir, gelap, dan nggapleki khas Chuck Palahniuk, hahahaha. Itu ada juga majalah National Geographic versi Thailand, dapet gratisan sih. Freakonomics ini juga keren lho, ngomongin tentang perekonomian dari sudut pandang yg ga biasa, contohnya nih: apa yg menyebabkan bertambahnya kriminalitas? jawaban yg cukup nyeleneh dari buku ini adalah, karena banyak bayi lahir di lingkungan yang penuh dengan kemiskinan dan kekerasan. Jadi kesimpulannya: aborsi itu membantu menekan jumlah kriminalitas dan kemiskinan. Cara yg cukup cutting-edge, daripada ntar bayi itu tumbuh gede jadi kriminal, mending ga usah dilahirin sekalian di lingkungan yang salah. Btw, denger2 Freakonomics ini nanti mau dibikin versi filmnya lho, jadi penasaran kayak gimana filmnya.
Ada juga Benny and Mice beli jaman dulu waktu pulang indo. Dan ternyata.... gue punya juga lho majalah FRONT! Front magazine ini keluaran UK, err...majalah stensilan sih, gatau juga kenapa dulu gue beli kayak ginian, penasaran doang kayaknya, tapi lumayan bagus kok, serius deh, hahahahaha :P

seiring dengan makin canggihnya teknologi dan juga cepetnya akses internet, maka saya mulai jarang beli buku lagi. Kebanyakan bisa baca online atau tinggal download versi e-book, atau pdf filenya sih. Semacem komik2 Marvel kayak Civil War, What-If, Runaways, gitu saya ada lho di laptop. Komik2 jepang gitu juga tinggal download gampang pake domdomsoft. Tapi tetep aja feeling baca buku dan aroma kertas itu ga tergantikan oleh versi digital yang ada. Jadi pesan saya: kalo ga tertarik2 banget tentang konten suatu buku, download aja sih gpp. Tapi buat buku yang kamu beneran pengen, buat koleksi, memiliki value lebih, ga ada salahnya kalo kamu beli versi originalnya, harga yang kamu keluarkan setara kok dengan kepuasan yang kamu dapet. After all, satisfaction is not measured by how much money you spent, it measured by how much happiness you get.